Related Articles

Menjura Kepada Kehidupan Trans di Asia Tenggara: Para Seniman Merespon Transgender Day of Remembrance 2022

Editorial Manager New Naratif, Bonnibel Rambatan, bercakap-cakap dengan lima seniman trans lainnya yang berkarya untuk memperingati Transgender Day of Remembrance tahun ini.

Trigger warning: Diskusi tentang transphobia, kekerasan, dan bunuh diri.

Untuk yang telah lalu, untuk yang akan datang. Untuk kita sekarang dan untuk mereka yang ada di alam sana. Yang terlihat dan yang tak terlihat. Di sini, namun tak di sini.

You are unauthorized to view this page.

Laju

Himas memotret cerita yang amat indah tentang cinta, kehilangan, dan kerinduan. Sementara karyanya sebelumnya memotret dunia yang penuh potensi kebebasan di tengah berbagai tantangan, ceritanya kali ini mengisahkan tentang kehilangan dan kesepian yang harus ditanggung orang queer yang tidak punya banyak sumber daya, seperti kejahatan kebencian dan dampak eksploitasi lingkungan dalam keseharian mereka.

Yang Kuat Yang Bertahan

Ditulis dalam bentuk skenario drama, karya Ara menggambarkan esensi ekologi queer seperti yang diteorikan oleh Timothy Morton. Seperti yang disuarakan oleh karakter kecoa dia, “Penguin gay, tupai lesbian, lumba-lumba biseksual, ikan yang berganti jenis kelamin… semua itu ada di sana. Alam tidak memberi label pada hal-hal seperti itu.” Siapa yang bisa berkata tidak pada kecoa yang ahli filsafat?