Related Articles

Bintang Kejora di Oxford

Sudah lama sejak Benny Wenda terakhir melihat kampung halamannya sendiri. Sejak 2002, aktivis Papua yang termasyhur ini memperoleh suaka politik di Inggris. Kini ia tinggal di kota tempat Universitas Oxford berdiri—di belahan dunia lain, jauh dari pegunungan rimbun Papua tempat ia berasal.

Jalan yang membawa Benny ke Inggris dimulai jauh sebelum ia dilahirkan. Hingga 1961, Papua masih dianggap sebagai wilayah koloni Belanda; status ini berakhir ketika rakyat Papua mendeklarasikan kemerdekaan mereka pada 1 Desember 1961. Indonesia, bagaimanapun, dengan cepat mengklaim Papua merupakan bagian dari wilayahnya sendiri, kemudian menyerbu dan menduduki Papua. Pada 1969, klaim Indonesia atas Papua akhirnya mendapat pengakuan PBB setelah diselenggarakannya referendum Act of Free Choice, atau Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA)—sebuah proses yang terindikasi berlangsung penuh kecurangan. Sebanyak 1.026 orang Papua (dari populasi yang seharusnya berjumlah 800.000 jiwa) dipaksa untuk menerima integrasi Papua ke dalam Republik Indonesia. Sejak saat itu, Papua secara ‘de facto’ berada di bawah kekuasaan militer Indonesia, sementara mereka yang menolak: diawasi, diintimidasi-dipersekusi, dipenjara, hingga menjadi korban berbagai tindak kekerasan.

To access this post, you must purchase a Membership or Tote Bag + Sticker Bundle.

Bahaya Ketergantungan Filipina Mengeksploitasi Warganya Sendiri

Pemerintah Filipina memulai ekspor buruh sebagai langkah darurat demi mengentaskan kesenjangan sosial, namun mereka kini makin agresif mengekspor warga negaranya sendiri. Migrasi buruh memang menjadi solusi jangka pendek untuk masalah ekonomi bagi para keluarga pekerja migran, serta telah membawa manfaat bagi negara-negara pemberi kerja, elit lokal, dan pemerintah. Namun masalah jangka panjang terus mengintai para pekerja migran, warga Filipina, serta negeri tersebut.

Labirin Pendidikan Tinggi bagi Pelajar Imigran di Semenanjung Malaysia

Rumitnya akses ke sekolah dasar dan menengah bagi pengungsi di Semenanjung Malaysia telah menyedot perhatian publik. Namun, dengan sejumlah pengungsi yang berhasil lulus sekolah menengah, sebuah pertanyaan yang tidak kalah penting pun muncul: Apa selanjutnya?

“Apa kau ingat aku pernah berjanji akan mengajakmu makan dimsum?”

Setelah menerima rapor akhirnya di tahun 2020, Zahra* mendapat teks WhatsApp dari dosen Teknik Biomedis-nya, Dr Amal*, yang Zahra panggil dengan panggilan akrab cikgu, artinya “guru” di bahasa Melayu. Dosen tersebut mengajak merayakan akhir tahun ajaran dengan dimsum dan pencuci mulut di Hotel Marriott di Putrajaya.

To access this post, you must purchase a Membership or Tote Bag + Sticker Bundle.